Kamis, 10 November 2011

14 januari 2011

dering pesan mengharapkan sebuah nama.
alunan nada menciptakan sepintas raga.
kisah jenaka mengantarkan tawa.
lelehan es mendinginkan suasana.
hingga. . .
putaran film merangkum gumpalan tanya.

aneh memang, sulit dimengerti juga dipungkiri.
tanpa dugaan, seperti mimpi.
tapi. . . itulah yang terjadi.
entahlah, mungkin takdir Sang Ilahi.

sampai pada akhirnya. . .
kata menjawab tanya.
rindu menelan ragu.
asa membuat peka.
kelu meredam bisu.
dan..
bunga mengungkap rasa.

layaknya sebuah lukisan.
rasa itu dibingkai kejujuran.
rasa itu dilatarbelakangi ketulusan.
rasa itu dibaluti kesetiaan
dan diisi kebersamaan.

Jika saja. . .
waktu harus merasa jera .
tak ingin keliru yang ada.
tak ingin sesal yang ada.
tak ingin benci yang ada.
meskipun luka itu masih tetap ada.

Menafsirkan Pesan Karikatur




Pada zaman yang serba modern ini, sesuatu hal yang sulit terjadi bisa dilakukan dengan instan. Apapun yang kita inginkan dapat terwujud tanpa melalui usaha keras dan proses yang panjang, seperti semudah kita membalikan telapak tangan. Sayangnya hal ini tidak diiringi dengan rasa kejujuran yang tinggi. “uang adalah kunci utama dalam keberhasilan hidup” mungkin kata itu yang telah melekat pada pikiran manusia modern. Tanpa uang orang tak bisa hidup, tanpa uang tak mungkin mendapat jabatan yang tinggi, tanpa uang kebenaran menjadi ancaman, dengan uang kesalahan menjadi kenikmatan.


Dampak dari pola pikir tersebut mengakibatkan masyarakat yang kaya semakin berjaya dan masyarakat yang miskin semakin terpuruk.  Seperti contoh gambar karikatur diatas, masyarakat kalangan bawah sering sekali mendengar janji-janji dari petinggi-petinggi negara yang sangatlah manis didengar ketika pemilihan pengangkatan jabatan. Namun dalam kenyataannya sering kali tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan.  Segala hal dilakukan untuk meraih jabatan yang tinggi. Mereka tidak peduli dengan kemampuan yang dimiliki, selalu mengaku dan merasa mampu tanpa bukti yang nyata. Ditambah lagi, mereka pun tak peduli dengan kelangsungan hidup orang banyak. Yang dipentingkan adalah saat ini menang dan selamanya dapat berjaya,individualisme yang dijunjung tinggi dalam hal ini.

Menjadi suatu keprihatinan dengan kondisi Negara seperti ini. Hanya karena uang,  Kopusi , Kolusi , Nepotisme dan tindakan kriminal lainnya semakin merajalela. Seringkali kita berusaha untuk menanggulangi namun sampai saat ini belum Dapat dituntaskan. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya niat dan kepentingan para petinggi negara yang sama (memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya) dan juga didukung dengan masyarakat kalangan bawah yang mudah tergiur dengan “suapan” . sehingga sulit bagi kita untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah,mana yang layak dan mana yang tak layak untuk menjadi pemimpin.

Saran untuk menanggulangi kasus tersebut adalah :
o      Selalu yakin dan takut dengan adanya siksaan yang diberikan oleh Sang Pencipta.
o      Menjunjung tinggi rasa kemanusiaan,buang jauh rasa individualisme yang merugikan orang banyak.
o      Menjunjung tinggi kejujuran. Karena dengan kejujuran hati tentram, hidup pun damai.
o      Mengukur kemampuan yang ada pada diri sendiri jika sanggup buktikanlah dan jika tak sanggup katakan tidak.
o      Jangan menggunakan segala cara untuk meraih kemenangan. Karena segala sesuatu yang memalui proses selalu jauh lebih baik dan selalu terkenang sepanjang masa .
o      Jangan mudah tergiur dengan uang atau imbalan-imbalan lainnya yang hanya memuaskan diri sendiri dengan sekejap mata.
o      Ubahlah pola pikir kita dalam menjalani hidup bahwa kekayaan tidak menjaminkan kebahagiaan.


MAJULAH INDONESIA KU !!!

sumber gambar : google.com